Sunday, July 13, 2008

Tentang Rumput Tetangga

Ini tentang rumput tetangga (yang konon selalu lebih hijau) dan tentang mewujudkan impian..tentang target dan nilai yang tercipta dari masa lalu..

Bukannya nggak tahu terimakasih..bukan pula nggak pandai bersyukur, tapi...
apakah salah bila mata terpukau pada rumput tetangga (yang sialnya) terlihat hijau dan menggoda itu??

Apa sih definisi bersyukur??
apa bersyukur berarti kita harus tetap berada di 'rel' yang sama setiap saat??
Pun, ketika lelah, jenuh, dan ketidaknyamanan itu menyergap..haruskah kita tetap berada di lintasan yang itu-itu juga??
Apakah keinginan untuk melangkah, memuaskan dahaga keilmuan, dan keingintahuan itu wujud tidak bersyukur??
ataukah..itu justru pertanda kita harus melangkah?? pertanda bahwa kita ini masih manusia yang berakal??

Kalau begitu, apakah mewujudkan impian masa kecil itu suatu keharusan??
Lalu, bagaimana bila nilai-nilai kita kini tak lagi sama seperti apa yang pernah kita pegang di masa lalu??
apa ia, impian di masa lalu selalu menunjukkan apa dan siapa diri yang ingin kita wujudkan??
Bukankah konon katanya manusia itu hidup dalam ketidakpastianyang teramat sangat??
pun, bukankah manusia itu mudah berubah?? hidup dari sebuah proses??

Memang, lebih baik memilih 1 diantara 2 pilihan, ketimbang terjebak dalam kebimbangan tiada berujung..
masalahnya..bagaimana kita tahu kita sudah membuat keputusan yang tepat??
atau, bilakah kita tahu bahwa kita memang menginginkan sebuah keputusan dari pilihan-pilihan itu??

-dee-
*masih terjebak antara nilai masa lalu dan rumput hijau yang kian menggoda itu...melangkah itu sebuah keharusan..seperti pemuasan dahaga akan ilmu yang tak boleh berakhir..tapi, benarkah itu yang ingin kuwujudkan?? atau ini hanya sekadar ilusi akan rumput tetangga yang terus bergoyang, memanggil dan menggoda untuk didekati?? arggghhhh....pusingggggg...*

No comments:

Post a Comment