Sunday, January 25, 2009

Enough is Enough!


Punya teman yg peduli pasti nyenengin..
dan rasanya itu jd impian setiap orang bukan?

masalahnya,
gimana sih kriteria teman yg nyenengin itu?
apa yg hrs selalu tau dimana kita?
ato yg selalu mencari tau sgala hal ttg kita?
ato yg slalu merasa plg tau ttg kita? yg selalu bisa memberikan solusi atas semua hal yg menimpa kita??
ato yg gimana?

seorang teman suatu hari tiba2 bertutur,
nada2nya sih dia lg bermasalah dg salah satu teman baiknya..
ntah gmn mulanya, tp tiba2 si tmn ini merasa privacy-nya diobrak-abrik si teman baiknya itu..

ga ada ujan, ga ada badai...
teman baik yg lama ga ada kabar beritanya itu menyapa dia...
sdkt berbasa-basi....ga ada mslh...
perbincangan terus berlanjut

sampai akhirnya...
si teman baiknya ini meng-copy paste sebuah informasi (yg konon menurut temanku ini terlalu privacy) dan sama sekali ga dia harapkan utk diinfokan ke dia..
ga cm itu, si temanku ini juga ga berharap teman baiknya itu akan menelusuri sesuatu yg memang sengaja dia simpan..


alhasil,
terang aja...temanku ini kaget bukan kepalang...
usut punya usut..
ternyata teman baiknya itu menggunakan privillege-nya sebagai slh satu rekanan BUMN di bidang telekomunikasi itu utk menelusuri jejak si temanku yg emng belakangan ini memilih bersikap misterius....

"Wah, susah ya, brarti jadi pelanggan T****M, privacy dijamin ga terjaga nih..," tentunya dg tingkat kesewotan yg diambang batas...

bknnya berhenti..
eh si teman baiknya itu mlh terus2an ngirim info lbh detail dari data2 yg dia dapat..
hasilnya??
makin murkalah temanku itu...

duh!
emng atas nama pertemanan, hal2 smcm itu diperbolehkan ya?
tdkkah seseorang itu blh menyimpan hal2 tertentu?
tdkkah seseorang itu berhak menentukan apa yg ingin dia bagi & mana yg dia tdk ingin bagi? ke sahabat sekalipun?
dan, tidakkah previllege itu digunakan tdk pada tempatnya?

ato??
kl udah teken kontrak jd sahabat, itu artinya kita jg teken kontrak kehilangan privacy kita??

ato??
mentang2 jd slh satu rekanan BUMN (emng msh BUMN ya??) plg menguasai hajat hidup orang banyak (masa sih?? uhmm..mungkinlbh tepatnya memonopolikali ya??hehe) itu terus bs seenak udel-nya ngublek2 data orang?

-dee-
*ikutan emosi gara2 kasus si teman...ga kebayang kl itu kejadian ma diriku...*


Saturday, January 17, 2009

ketika rakus tak memandang profesi

Tadinya, kukira profesi seseorang mempengaruhi gimana perilakunya kalau menghadiri acara makan2..gala dinner..atau apapun lah itu namanya...

Tadinya, aku berpikir, profesi yang dianggap orang 'wah' pasti juga akan mempengaruhi manner mereka saat menghadiri acara2 semacam itu...

ternyata..
aku salah...

ternyata...
Mau dia dokter..mau dia wartawan, mau dia supir angkot...
tetep aja..kalo datengin acara yg ujung2nya ada yg namanya makan2..
pfuiff...
itu sifat bawaan pasti keluar smua...

peduli setan deh ma profesi yg katanya "wah" itu...

ceritanya, seminggu yg lalu seorang teman meminta dg sedikit paksaan utk menemani hadir di sebuah acara yg dihadiri tmn2 seprofesinya..
profesi yg menurut kebanyakan orang profesi yg 'wah'..profesi impian setiap orang tua utk putra-putrinya..
(psssttt...nama profesinya ga usah disebut ya...ntar dituduh fitnah kan repot hehehe)

alhasil, ikutlah aku menghadiri perhelatan yg sama sekali ga menarik minatku...
di ujung acara, spt layaknya acara2 bertema workshop, seminar, dan sejenisnya..sdh pastilah ditutup ma yg namanya makan2 alias lunch..

dan voila!

mereka yg tadinya 'beradab'..
mereka yg tadinya terlihat begitu santun..bgitu serius
langsung berubah...
membuatku jd teringat pada masa2 yg pnh kuhabiskan di sebuah media massa besar di kotaku lahir..
teringat pada momen2 buka puasa, dimana semua orang yg ada di ruang redaksi scr sporadis..secara beringas slg berebut makanan yg dibawa kolega kantor - yg biasanya hotel berbintang/perusahaan ternama (walopun tahu..makanan yg disediakan psti ckp utk smua org yg ada..)

nah, itu jg yg kutemukan pas acra temanku dan kolega2nya itu...
belum juga acra lunch tiba, satu-persatu dari mereka keluar...
entah siapa yg memulai yg jelas mereka yg keluar ruangan pertama kali itu lgs celingak-celinguk, membuka dan mengintip satu-persatu tudung saji berbahan metal yang sdh ditata panitia...

Dan, jrengg...
tanpa merasa perlu menunggu komando dari panitia, langsung saja mereka menyerbu sajian yang sudah ditata itu...

tak perlu menunggu cukup lama, hidangan itu akhirnay tandas juga...
bagaimana tidak?
seorang peserta acara bisa dengan leluasa 'menggasak' setiap hidangan dalam porsi jumbo tanpa berpikir apakah peserta lain yg msh berada di dalam ruangan akan kebagian/tdk...

ck..ck..ck..

-dee-
*ditulis bukan utk menghujat satu profesi tertentu...hanya sekadar bertutur..ternyata sehebat apapun profesinya, napsu makan orang..hasrat menjadi rakus terhadap makanan itu berlaku pada semua profesi..hehehe*

Thursday, January 8, 2009

keping puzzle


Pernah ga, suatu ketika sebelum tidur kita berdoa, bertutur pada Dia Yang Maha Hebat tentang sebuah rahasia..
gundah yang tak tertahan..
ragu yang membayang..
pernahkah kita menceritakan smuanya secara utuuh dan blak2an kepada Dia Yang Maha Tahu segala...
dan sebelum hari berganti, tiba-tiba kita menemukan Tuhan memberikan keping yang kita kita butuhkan utk keluar dr smua perasaan yg ga enak itu?

Gimana rasanya ya?
uhm...
mungkin seperti saat kita bermain puzzle, pas kita ga tahu sebenarnya gambar apa yang akan kita susun...
pas kita ngrasa kita ga akan pernah bisa menyelesaikan teka-teki puzzle itu,

eh, tiba2 ada yg 'nglempari' kita keping puzzle yang membuka, memberi kita petunjuk tentang gambaran yang akan terbentuk...

pertanyaannya..
gimana kalo keping itu bagian dari perjalanan hdp kita?
apa keping puzzle yang Tuhan beri itu brarti jawaban atas doa?
pelengkap pertanda-pertanda yang lain..

atau....
keping itu tanpa makna?
hanya kebetulan belaka..

apa iya kebetulan belaka?
kn katanya, ga ada sesuatu di dunia ini yg serba kebetulan..semua hal pasti ada alasannya..

kl begitu apa alasan Tuhan melemparkan keping itu?
knp juga Tuhan melempar keping itu tak lama stl bincang2 itu??
apa artinya Tuhan tahu kita teramat sangat merana sampai Dia merasa harus segera menolong kita keluar dari perasaan merana itu dg cara melemparkan keping yang membuat mata rantai yg sebelumnya ad smakin tampak nyata?

atau...
krn Tuhan melihat kita begitu sungguh2 ketika berbincang dengannya?
bukan sekadar berbicara sambil lau..
yg akhirnya karena kesungguhan itu Tuhan menjadi luluh?

atau...
krn Tuhan Berpikir sudah saatnya kita mendapatkan keping itu?

sigh!!

-dee-
*Mencoba merangkai keping-keping puzzle yang ada di depan pelupuk mata...keping2 tanpa makna yg bersegera menyimpan sejuta rahasia..semoga maknanya segera terungkap...(sembari menunggu keping-keping puzzle yang laen terbuka...)*

Saturday, January 3, 2009

Kontemplasi


Konon, momentum pergantian tahun harus diakhiri dengan sebuah perenungan panjang, kontemplasi, napak tilas..(apapun lah namanya) sebelum akhirnya disudahi dengan membuat sebuah janji untuk tahun yang datang, janji bernama resolusi...

Pertanyaannya,
apa sih sebenarnya kontemplasi itu? seberapa perlu kita melakukannya? apa alasannya? apa iya kegiatan yg satu itu hanya dilakukan saat pergantian tahun? di penghujung tahun yg akan segera berakhir masa tugasnya?

"Kalau kontemplasi sih udah tiap hari, ga usah nunggu pergantian tahun," jawab seorang teman.

Sepakat!!
Kontemplasi harusnya memang ga cuma menjadi sekadar 'tradisi' yang dilakukan setaon sekali, tradisi yang dijadikan tonggak penanda pergantian tahun...seharusnya tidak..

kontemplasi, perenungan atau apapun itu namanya..bukankah seharusnya dilakukan setiap saat ya? setiap jengkal perjalanan hidup kita? kapanpun kita merasa perlu berbincang-bincang dengan diri kita sendiri. bukankah seperti itu seharusnya?

bukankah kontemplasi itu sebuah jalan bagi kita untuk lebih 'akrab' dengan diri kita? jiwa yang kerap terabaikan kala kita berjibaku dengan kehidupan dunia yang konon tak pernah berhenti bergerak walau sesaat?

bukankah kontemplasi itu sebuah jembatan penghubung antara titik sadar dan bawah sadar kita? sebuah peristiwa yang harusnya membuat kita menemukan jawaban yang sebenar-benarnya diinginkan oleh jiwa yang mendiami raga kita?

bukankah kontemplasi itu sebagai sebuah aktivitas dimana kita bisa menilai diri kita sendiri? mentertawakan kebodohan-kebodohan yang kita lakukan, dan menangisi kealpaan kita?
bukankah seharusnya begitu?

kalau memang seharusnya begitu, tidakkah menunggu tahun berlalu utk melakukannya adalah sebuah 'persepsi' yg menggelikan?
apa itu artiya selama 11 bulan sebelumnya hidup kita tak perlu di-review? apa itu artinya tak ada yang perlu kita diskusikan dengan diri kita sendiri?

"Mungkin, tiap orang kan punya tolak ukur yang berbeda-beda," masih dia yang menjawab..

uhm..bisa jadi..

melakukan atau tidak melakukan perenungan itu pilihan..
berbincang dengan diri juga bukan keharusan..
toh terkadang ada pribadi-pribadi yang tak bisa melakukannya..
entah karena tak biasa...tak tahu apa yg harus dituturkan..ato jug karena merasa aneh berbincang dengan diri sendiri..merasa aneh utk mengevaluasi smua perjalanan yang telah terlalui...

"Sudahlah..
Kadang ada hal-hal yang tidak perlu dipertanyakan, cukup dijalani saja," sentilnya, sebelum kami mengakhiri perbincangan itu..

-dee-
*dalam sbuah proses perbincangan panjang..menuturkan banyak kisah...di ujung tahun..terimakasih sudah menjadi sahabat platonisku, teman berbagi ceritaku..semoga tak menjadi 'aneh' dan 'lelah' karnaku..^_^*