Monday, June 23, 2008

menoleh adalah salah??

"Aku nggak bisa meneruskan ini semua Di. Aku nggak bisa nerima kekeraskepalaan dia, aku capek...dan sejujurnya, aku merasa marah..marah karena dia justru mendahulukan orang lain ketimbang kami..," tutur sahabat kecilku, sebut saja Ova...

"Herannya, aku juga nggak lagi merasa nyaman tinggal di kota ini...aku ingin pergi saja..aku toh nggak punya siapa2 disini..aku ingin memulai hidupku yang baru..," lanjutnya, kali ini dengan air mata yang nyaris leleh..

"Emangnya udah nggak bisa dibenerin?? nggak bisa diobrolin lagi?? udah segitu mentokkah kalian berdua?? yakin kamu nggak bakal nyesel?? apa bukan karena sekarang kamu nemuin 'mainan' baru yang bikin kamu penasaran setengah mati??," ujarku, mencoba mencari tahu kesungguhan dari tekad Ova..

aku mengenal Ova, mengenal juga lelaki yang hampir 5 taon menemani langkahnya..menjadi tameng di saat sahabat kecilku itu harus menerima 'serangan' bertubi-tubi dari lingkungan sekitarnya yang kadang nggak terlalu bersahabat..lelaki tempat Ova berbagi banyak hal..dan aku beberapa kali menjadi saksi perjalanan keduanya..

Lelaki Ova, begitu aku dulu kerap menamainya..aku tahu betul bagaimana dia..aku toh pernah tumbuh bersama dengannya...aku cukup tahu bahwa lelaki Ova cukup keras kepala, dan kadang cenderung menyebalkan, tapi aku juga tahu bahwa lelaki Ova pun cukup punya hati utk tetap menajaga Ova di rel-nya...cukup punya segudang keberanian utk selalu menjadi pelindung Ova..dan yang aku yakin nggak akan melepas Ova begitu saja ketika keraguan itu menyergap Ova dengan paksa..

Di titik lain, aku juga tau..Ova, sahabat kecilku itu (yang jalan hidupnya seolah selalu nampak lurus-lurus saja di mataku) sedang meragu..meragu tentang rasanya, meragu tentang keputusannya..meragu tentang smuanya..tentang hubungannya dengan sang lelaki, juga dengan sosok 'mainan' baru yang menggoda hati..

"Memang aku salah kalau aku ninggalin dia?? Kalau ini yang terbaik buat hidupku apa aku nggak boleh memutuskan hubungan ini? aku rasa, aku stress berat Di," ucapnya lagi...

Uhmm...salahkah?? rasa-rasanay ini bukan tentang benar dan salah..karena rasa kadang tak mengenal benar dan salah..bukankah dalam rasa tak cuma ada hitam dan putih?? bukankah di sana ada abu-abu??

yang aku tau, aku tak lagi berani mengucap satu kata pun utk Ova...tidak saat ini..tidak di saat Ova tak lagi bisa menggunakan pikiran jernihnya..tidak ketika hati Ova cenderung pada sesuatu dan menolak yang lainnya..

Bisa jadi, Ova memang benar dengan keputusannya..bahwa lelaki Ova bukan yang Tuhan kirim buat Ova (toh kadang hitungan tahun tak menjamin seseorang itu adalah jodoh abadi kita??), tapi bukan tidak mungkin juga Tuhan sedang menguji kesungguhan Ova, melihat dan mencari tahu dia bisa bertahan dengan godaan yang melintas di depan matanya...godaan berwujud 'mainan' baru itu..(yang kini buat Ova, lebih tampak seperti jaln keluar dari kemelut yang memburunya..)

ah Ova, menoleh memang bukan sesuatu yang salah..tapi yakinkah kamu menolehmu itu keputusan yang paling tepat?? yakinkah kamu, lelakimu itu bukan orang yang kau butuhkan utk terus bertahan? bukankah slama ini dia yang telah teruji mampu menemani smua langkah??

-dee-
*tertuang utk Ova, sahabat masa kecil yang berbagi banyak kisah..
"bukankah titik terang itu ada di ujung mata? menoleh adalah salah?" (teriring terimakasih utk penggal masa lalu yang pernah menuliskan petikan ini untukku..)
smoga titik terang itu terbaca mata hati, hingga menoleh bukan suatu yang salah..*

No comments:

Post a Comment